Terlintas : Fragmen 4
Terlintas : Fragmen 4
Sejak kecil, lokasi bermain kami tidak jauh dari pabrik gula peninggalan zaman Belanda. Terlepas dari kesan angker dan hewan liar yang hidup di pabrik yang tutup sejak kisaran 1997 ini, area pinggiran pabrik gula (atau kami sering menyebutnya PG) masih menjadi tempat petualangan anak-anak paling tidak sampai PG aktif beroperasi lagi di sekitar tahun 2008 lengkap dengan tradisi wiwitan. Anak-anak terkadang mengambil tebu dari sisa-sisa kebun tebu yang masih ada disana, sungai yang mengelilingi pabrik juga menjadi tempat mancing yang cukup adem waktu itu. Areanya cukup luas dan berisi banyak bangunan termasuk perumahan para ex-pekerja disana, TK, SD, lapangan tenis, lapangan bola, bahkan kolam renang.
Dari semua bangunan itu, yang menjadi landmark-nya adalah cerobong asapnya. Khas cerobong pabrik zaman dulu. Putih kusam menjulang tinggi seperti rokok vertikal yang dapat trelihat dari jauh serta bertuliskan PG TJEPIRING 1835 dari atas ke bawah. Para orang tua disini mengenalkan objek itu ke anak-anaknya (entah sudah berapa generasi) dengan nama "korosetin". Bapak pun demikian. Bapak juga yang cerita kalau kata itu adalah serapan dari kata bahasa Belanda untuk cerobong, alias "korstim". Saya hanya iya-iya saja waktu itu menelan bulat-bulat ke-soktahuan bapak. Sampai beberapa waktu lalu saya mengecek sendiri apa akar dari kata itu. "Schoorsteen". Begitulah ejaannya. Meski ejaan bapak masih typo, paling tidak dia benar soal kisah kata serapannya.
Di Youtube ada banyak video serupa. Orang Indonesia dan orang Belanda saling menyebutkan kata-kata yang mirip. Sebenarnya ada banyak sekali kata bahasa Indonesia yang merupakan serapan dari bahasa Belanda. Kantor, wortel, resleting, telat, persis, mantel, buncis, koper, asbak dan masih banyak lagi. Sudah jelas karena Belanda menginvasi Indonesia dalam waktu yang sangat lama. Sehingga masuk akal kalau banyak kata serapan yang kita pakai dalam bahasa Indonesia. Tapi yang membuat penasaran, adakah kisah sebaliknya? Apakah ada beberapa kata dalam bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Indonesia?
Well, karena saya sendiri tidak bisa berbahasa Belanda, jadi agak sulit untuk mencarinya. Sempat mencoba chattingan dengan ChatGPT dan hasilnya kebanyakan kata tentang benda-benda yang memang asalnya dari Indonesia, seperti batik, wayang, bamboe, krontjong, sarong, dan sebagainya. Memang kurang memuaskan. Setelah dipikir-pikir, alasan kenapa sepertinya tidak ada kata dalam bahasa Belanda yang merupakan serapan dari bahasa Indonesia adalah bukankah memang pada saat itu Belanda lah yang menjajah Indonesia? Hubungan yang terjadi adalah penjajahan. Bukan hubungan yang setara. Lagi pula, bahasa Indonesia belum resmi tersusun rapi. Orang-orang menggunakan bahasa daerah masing-masing pada saat itu.
Tapi bagaimana pun, kontak bahasa tetaplah dua arah. Meskipun kecil, kemungkinan adanya kata dalam bahasa Belanda yang berasal dari serapan bahasa Indonesia tidak pernah nol. Adanya interaksi sosial, perkawinan, budaya sampai ketergantungan ekonomi terjadi dalam waktu yang sangat lama. Dalam kasus ini, penyerapan kata-kata dari bahasa Indonesia (termasuk bahasa daerah pada saat itu) menjadi bahasa Belanda adalah mungkin. Kontak bahasa yang intens dapat menghasilkan pengaruh timbal balik yang berdampak pada perubahan kosakata pada bahasa Belanda.
Sebenarnya ide tulisan ini sudah ada dari lama. Namun karena contoh kata-kata yang saya cari ternyata tidak cukup memuaskan, jadi nampaknya maish harus disimpan dulu. Sampai pada weekend kemarin, ada satu video di Youtube yang isinya kurang lebih seperti apa yang saya ceritakan tadi. Kalau ingin menonton, klik saja disini. Dalam videonya, selain menyebutkan beberapa kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa Belanda, mereka juga menyebutkan beberapa kata bahasa Belanda yang berasal dari bahasa Indonesia. Meskipun beberapa kata dianggap sudah jadul oleh orang sana, paling tidak ini adalah apa yang saya cari sejak kemarin-kemarin. Seperti, "bakkeleien" yang berasal dari berkelahi, "banjeren" berasal dari banjir (ada yang menyebutkan berasal dari kata banyol), "amper" dari kata hampir. "piekeren" dari kata pikir dan "pienter" dari kata pintar.
Lima kata tadi sudah membuat saya puas, serapan bahasa terjadi antara dua pihak. Meskipun kecil, tapi tidak pernah nol. Kadang ini juga yang membuat ingin belajar bahasa asing yang lain. Tapi seperti biasa hanya mentok di kosa kata umum (atau malah hanya kata joroknya) saja. Yah, nggapapa. Paling tidak ada satu frasa bahasa Belanda yang sampai sekarang saya suka, "Lekker eten, zonder betalen". Haha.