Bersamaan dengan film Barbie, saat ini film Oppenheimer garapan Christopher Nolan sedang tayang di bioskop. Karena Oppenheimer juga sedang tren di banyak media sosial, saya jadi tahu sedikit tentang film ini. Akhirnya saya memutuskan untuk menontonnya. Filmnya bagus. Tapi durasinya yang hampir tiga jam harus menjadi perhatian supaya bisa menyempatkan diri ke toilet terlebih dahulu sebelum menontonnya. Film yang menceritakan point of view (POV) ilmuwan dalam sebuah penemuan besar dan berhubungan dengan sejarah selalu bisa menarik perhatian saya. Jika suka dengan film yang serupa, saya menyarankan untuk menonton film The Imitation Game yang rilis tahun 2014 lalu.
Kembali ke film Oppenheimer, mungkin sudah banyak yang tahu (atau jika belum tahu, awas spoiler) kalau ada banyak adegan ledakan-ledakan besar. Selesai menontonnya saya malah tiba-tiba ingat pertanyaan iseng ibu saya saat saya SMP. “Kira-kira, apa bedanya meledak dan Meletus?”. “Kenapa gunung tidak meledak? Dan kenapa benda tiga huruf berinisial ‘B’ tidak meletus?”.
Saya belum mendapat jawaban yang memuaskan atas pertanyaan sepele ini sampai sekarang. Syukurlah dengan kemudahan teknologi saat ini, pertanyaan ini mulai menemukan titik terang (paling tidak bagi saya). Meskipun dua-duanya berbunyi “Duarrr!”, ternyata meledak dan meletus memiliki perbedaan mendasar yang membedakan keduanya.
Pertama, meledak terjadi dengan cepat dan mendadak. Ini seperti sebuah bahan peledak yang diledakkan untuk menghancurkan bangunan. Detonasi itu terjadi seketika, dan gedung itu hancur dalam sekejap. Meledak juga sering kali menghasilkan cahaya yang terang, seperti kilatan petir yang memecah gelapnya langit malam.
Sementara itu, meletus lebih mirip dengan proses yang berjalan perlahan. Misalnya, saat kita membuka botol soda yang sebelumnya sudah dikocok, minuman itu meletus keluar saat tutupnya dibuka. Prosesnya lebih seperti semburan berangsur-angsur ketimbang pelepasan energi instan.
Contoh lain dari meletus adalah ketika gunung berapi memuntahkan lava dan abu. Tekanan di dalam gunung berapi naik perlahan, magma terus bergerak, hingga akhirnya gunung itu meletus dan mengeluarkan material-material berbahaya. Meletus ini lebih dramatis dan berlangsung dalam waktu yang lebih lama daripada meledak.
Selain kecepatan dan karakteristiknya, meledak dan meletus juga berbeda dalam efeknya. Meledak cenderung memiliki dampak yang lebih terbatas, karena energinya dilepaskan secara tiba-tiba dalam waktu singkat. Kerusakan biasanya terbatas pada area yang lebih kecil dan sekitarnya. Misalnya, jika sebuah benda meledak, dampaknya akan terasa di sekitar benda tersebut. Bisa saja itu menyebabkan kerusakan pada benda di sekitarnya, tetapi area yang terkena dampak tidak begitu luas.
Sementara itu, meletus cenderung memiliki dampak yang lebih luas. Karena proses pelepasan energinya berlangsung perlahan, efeknya bisa menyebar ke wilayah yang lebih luas dan terus berlanjut selama meletus berlangsung. Contoh yang paling jelas adalah ketika gunung berapi meletus. Meletusnya gunung berapi dapat menyebabkan bencana alam dengan lahar, abu, dan lava yang menyebar ke area yang jauh dari kawah gunung berapi itu sendiri.
Meskipun meledak dan meletus berbeda dalam kecepatan dan dampaknya, keduanya memiliki satu kesamaan: potensi bahaya yang besar. Baik meledak maupun meletus, keduanya dapat menyebabkan kerusakan dan membahayakan nyawa manusia.
Saat mengetik paragraf ini saya sudah mulai kehilangan topik apa lagi perbedaan antara keduanya. Nampaknya sementara sudah cukup. Jika saya memaksa meneruskan, mungkin ndasku bakal mbledos.