Masih dalam momen Idulfitri, postingan seperti makanan, OOTD (Outfit of the Day) dan foto bersama lainnya banyak berseliweran di linimasa media sosial. Salah satu jenis foto paling yang banyak muncul di hari pertama lebaran adalah foto keluarga. Bentuknya pun beragam. Mulai dari foto resmi berpose ala foto studio, sampai selfie dengan handphone yang disenderkan pada toples kue lebaran dengan timer tiga detik. Ada juga yang diedit dengan tambahan dekorasi grafis nuansa Idulfitri sampai dibuat menjadi video singkat dengan animasi sederhana dan kata-kata yang lumayan “template”. Lalu siap dikirim ke grup Whatsapp keluarga besar, RT, tempat kerja sampai alumni sekolah.
Saya amati, belakangan teman-teman di lingkungan saya makin banyak yang memposting foto keluarganya saat lebaran. Jumlahnya pun saya rasa bertambah setiap tahunnya. Bisa jadi karena memang teman-teman seumuran saya makin banyak yang memiliki keluarga kecil baru. Di sisi lain teknologi untuk mendukung tren foto keluarga ini memang makin mudah digunakan dan hasilnya juga sudah cukup bagus untuk sekadar ucapan Idulfitri. Mulai dari smartphone yang kameranya sudah makin canggih, apalagi dengan bantuan AI (Artificial Intelligence) yang bisa memoles hasil jepretannya secara instan. Software editing dan desain grafis sederhana beserta template sudah banyak tersedia. Medianya pun makin beragam, baik untuk ucapan personal atau untuk broadcast ke semua orang. Sederhananya, kita tinggal ajak keluarga kita kumpul, foto “cekrek”, edit sedikit jika diperlukan dan siap dikirim atau disimpan.
Ternyata semudah itu untuk sekadar mendapatkan “foto keluarga”. Karena setelah melihat ke belakang, keluarga saya sendiri termasuk jarang bahkan tidak punya foto keluarga inti. Bisa dibilang keluarga saya baru punya foto keluarga baru tiga tahun terakhir. Itu pun setahun sekali setiap lebaran. Makin ke sini saya rasa pentingnya setiap keluarga punya foto keluarga. Bahkan saya berpikir foto keluarga adalah hal yang harus diusahakan. Apalagi zaman sekarang makin mudah untuk sekadar “berfoto”. Meskipun saya juga tidak bisa memaksa semua orang untuk punya foto keluarga yang terhalang dengan "alasan lain". Namun selama masih bisa diusahakan, kenpa tidak? Bisa saja untuk sekali seumur hidup, setahun sekali, atau malah pada setiap momen ada foto keluarganya. Seperti mulai dari pernikahan bapak dan ibu, kelahiran anak pertama, lebaran pertama bertiga, anak mulai bisa jalan sendiri, anak masuk TK, lebaran berikutnya, kelahiran anak berikutnya, dan seterusnya.
Pentingnya foto keluarga
Mengapa foto keluarga itu penting dan harus ada? Bagi saya secara garis besar foto keluarga itu penting untuk masa sekarang dan masa yang akan datang. Adanya foto keluarga pada masa sekarang sangat penting karena merekam momen-momen yang ada di keluarga, mempererat hubungan anggota keluarga, serta meningkatkan kesehatan mental dan emosional. Sedangkan foto keluarga yang tersimpan dengan baik sampai masa yang akan datang, akan menjadi warisan atau legasi bagi generasi penerus keluarga. Saya bahas satu per satu.
Merekam momen
Foto keluarga adalah salah satu cara merekam kenangan bersama anggota keluarga. Momen-momen seperti liburan, acara keluarga, perayaan, atau momen sehari-hari dapat diabadikan dalam foto keluarga. Foto-foto ini bisa menjadi kenangan berharga yang dapat dikenang dan dinikmati sepanjang hidup.
Mempererat hubungan keluarga
Mengambil foto keluarga bersama dapat memperkuat ikatan emosional dan hubungan antara anggota keluarga. Momen berpose bersama, saling berinteraksi dan tertawa di depan kamera dapat membantu menciptakan kenangan yang bermakna dan mempererat ikatan keluarga. Foto keluarga juga dapat menjadi cara untuk menghadirkan keluarga yang tinggal jauh secara visual dan mempererat hubungan meskipun jarak yang memisahkan.
Meningkatkan kesehatan mental dan emosional
Melihat kembali foto keluarga dapat memberikan manfaat emosional yang besar. Foto-foto keluarga dapat memicu kenangan indah dan membangkitkan perasaan bahagia, cinta, dan kasih sayang. Ada orang-orang yang saat lelah bekerja lalu melihat foto keluarganya di meja kerja, dia langsung kembali bersemangat. Melihat kembali foto keluarga juga dapat menjadi bentuk terapi batin yang mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental.
Warisan keluarga
Foto keluarga dapat menjadi bagian penting dari warisan keluarga. Foto-foto tersebut dapat menjadi dokumen visual tentang sejarah keluarga, memperlihatkan leluhur, tradisi keluarga, dan peristiwa penting dalam kehidupan keluarga. Kita bisa menceritakan ke generasi selanjutnya tentang anggota keluarga sebelumnya atau yang sudah tiada, sehingga generasi selanjutnya tetap mengenal silsilah keluarganya. Warisan foto keluarga dapat diteruskan ke generasi mendatang dan membantu memelihara identitas keluarga serta mengenang orang-orang tercinta yang telah pergi.
Kondisi darurat
Foto anggota keluarga bisa menjadi petunjuk penting jika terjadi sesuatu yang tentunya tidak kita inginkan. Pada poin ini sepertinya lebih baik jika kita punya foto terbaru. Foto terbaru sangat membantu jika diperlukan identifikasi.
Foto keluarga itu mudah
Dari tadi saya hanya bercerita kalau foto keluarga itu penting dan harus ada. Saya jadi tidak enak hati kalau tidak memudahkan orang lain untuk punya foto keluarganya sendiri. Jadi semoga beberapa saran ini bisa membantu.
Tidak harus foto studio
Smartphone sekarang sudah cukup untuk foto bersama sekeluarga. Tempatnya pun tidak harus di studio. Bisa di ruang tamu, depan rumah atau lokasi pada saat pergi liburan. Gunakan fitur self-timer jika tidak ada orang lain yang memfoto. Tidak punya tripod? Senderkan smartphone di benda lain yang cukup kokoh atau letakkan di tanah dengan mengeksplor angle dari bawah. Foto keluarga tidak harus mahal dan menyewa fotografer, sehingga anggota keluarga tidak canggung saat berfoto dan setiap prosesnya bisa mempererat hubungan anggota keluarga.
Ajak semuanya
Kalau pada saat momen itu semua anggota keluarga hadir, ajak semuanya untuk berfoto secara lengkap. Paling tidak ada satu foto yang lengkap dalam satu frame. Kalau ada yang sungkan, kurang suka atau malu, bujuk untuk ikut satu “jepretan” saja dulu. Karena kita tidak tahu apakah di momen selanjutnya masih bisa berkumpul dengan lengkap seperti sekarang atau sudah ada pergi mendahului.
Tidak harus bergaya formal
Meskipun tidak ada salahnya juga foto keluarga dengan gaya formal, tetapi coba sesekali dengan gaya santai seperti selfie bareng, atau bisa mencoba dengan meminta tolong orang lain untuk memotret candid semua anggota keluarga dalam satu frame pada saat momen tertentu untuk menampilkan kesan natural.
Kuantitas dan kualitas seimbang
Makin sering dan banyak foto keluarga, makin bagus. makin lama kebiasaan foto keluarga itu belangsung, harus diimbangi juga dengan perbaikan kualitasnya. Sebenarnya tidak sulit. Kita sudah terbantu dengan pesatnya teknologi kamera di smartphone yang kita pakai. Referensi komposisi atau gaya foto juga sangat mudah ditemui di sosial media. Bahkan untuk foto keluarga yang sekali setiap tahun seperti momen lebaran bisa kita akali dengan mencoba konsep baru setiap tahunnya.
Lalu apa yang harus dilakukan setelah punya foto keluarga? Yang jelas foto keluarga harus disimpan. Menyimpan foto keluarga tidak harus dicetak besar dan dipajang dengan pigura di ruang tamu. Poinnya adalah bagaimana foto itu bisa tetap ada sampai bertahun-tahun kemudian. Selain foto keluarga dicetak dan disimpan di album sebagai kenang-kenangan yang ada bentuk fisiknya, mulai kumpulkan semua foto keluarga dan unggah file softcopy fotonya di penyimpanan cloud maupun harddisk untuk back up.
Saya sendiri menyukai penyimpanan foto berbasis cloud untuk jangka panjang (seperti Google Foto atau iCloud). Semua foto-foto lama saya scan lagi untuk dijadikan softcopy. Wajib hukumnya bagi saya semua foto keluarga ter-backup di internet. mengapa tidak diposting di media sosial saja? Well, menyimpan dan membagikan itu hal yang berbeda. Bukan berarti memposting foto keluarga di media sosial itu selalu buruk. Semua orang boleh dan sah saja untuk mengupload foto keluarganya sendiri di media sosial mereka. Begitupun juga orang-orang yang memilih tidak menguploadnya dengan alasan masing-masing. Poin saya adalah punya foto keluarga itu harus, memposting foto keluarga itu pilihan. Ada orang yang sering foto dan rutin upload foto keluarganya, tetapi bisa saja ada orang yang bangga dan sama sayangnya dengan keluarganya sendiri, punya banyak foto keluarga, namun memilih untuk upload story meme “Kami Sekeluarga Lupa Foto” saat lebaran kemarin.