Dulu, saya suka matematika. Sama dengan beberapa orang, saya juga mengamini kalau matematika itu menyenangkan selama tidak ada huruf atau simbol-simbol aneh di dalamnya. Salah satu yang menarik minat saya untuk suka mengulik mata pelajaran yang punya stereotip suram bagi beberapa orang ini adalah angka-angkanya yang membentuk sebuah pola. Khususnya angka-angka yang berpola bagus. Kurang lebih mirip rima di puisi yang berulang. Enak dibaca dan didengar.
Kesukaan itu lah yang (mungkin) di bawah alam sadar membuat saya sering diam sejenak untuk menyimak saat tidak sengaja melihat angka-angka berpola cantik di manapun itu. Seperti plat nomor mobil di jalan raya, jam digital pada lock screen HP, sampai daftar nomor cantik yg dipajang di konter-konter. Bahkan, sampai sekarang kadang saya sering kepikiran buat ganti nomor telepon saya menjadi nomor cantik. Biar kalau ditanyain nomor telepon oleh petugas di meja resepsionis bisa kelihatan keren. Meskipun ya paling aslinya mereka ngga menganggap gitu juga.
Tapi memang, selain nomor cantik itu enak diucapin ketika kita dimintain nomor telepon, nomor cantik juga mudah dihafal. Alasan lain beberapa orang punya nomor cantik adalah mereka bisa menyelipkan identitas mereka ke dalam nomor telepon tersebut. Bisa dengan tanggal lahir, angka keberuntungan, angka yang berurutan, angka berulang, atau pola-pola lainnya yang penting enak diucap, dihafal dan diingat. Banyak nomor telepon untuk urusan bisnis (milik perusahaan maupun kontak pribadi) yang tergolong nomor cantik. Dan hanya orang tertentu yang punya nomor cantik, apalagi dengan digit yang sedikit.
Pikiran itu yang tiba-tiba lewat di kepala saya pas jam tiga pagi dua tahun lalu. Masih melek sambil scrolling situs belanja online untuk mencari nomor cantik yang siapa tau nanti saya bakal ganti nomor telepon, sepersekian detik gagasan itu lewat dan saya kepikiran pertanyaan nyeleneh. "Jangan-jangan nomor telepon milik orang nomor satu di Indonesia tergolong nomor cantik", batin saya. Sungguh ide yang muncul jam-jam rawan seperti ini memang liar dan berbahaya.
Kepalang tanggung, saya sudah terlanjur sangat penasaran soal angka cantik mana yang menempel di nomor telepon RI1. Hanya ada satu jalan keluar. Tebak dan cari tahu sampai ketemu. Bermodalkan aplikasi pencari identitas nomor telepon, saya mulai menebak urutan angka dengan pola ciamik dan paling masuk akal untuk dipakai sebagai nomor telepon orang terpenting di negara ini. Beberapa percobaan pertama hanya memunculkan beberapa nama kontak yang cukup random dan tidak saya kenali. Sampai pada saat saya mengetik deretan angka tertentu yang secara pola bisa dibilang tidak terlalu eye catching, saya tekan tombol "cari". Hanya menunggu sekian detik, muncul nama kontak yang diikuti daftar lebih dari 100 penamaan di bawahnya yang isinya kurang lebih sama: Sekretariat Presiden.
Merasa tidak yakin, saya scroll HP saya sampai bawah untuk memastikan daftar penamaan kontaknya. Saya save nomor tersebut untuk sekadar melihat foto profil Whastapp-nya kalau ada. Ternyata meskipun bukan nomor pribadi yang beliau pegang langsung, profile picture nomor yang muncul menambah validnya hasil pencarian saya.
Selanjutnya saya cuma terdiam merasa aneh setelah menebak dengan iseng malah ketemu hasil yang seperti itu. Bahkan perasaan saya yang muncul di menit berikutnya adalah takut dan khawatir. Saya takut kalau nanti saya lanjut mencari nomor cantik lain dan mendapatkan "bingo moment" seperti sebelumnya. Saya malah khawatir kalau tebakan-tebakan liar saya selanjutnya benar. Bagaimana tidak, saya menebak nomor cantik tadi kurang dari 15 menit dan bisa ketemu apa yang saya cari. Jam tiga pagi pula. Kalau saya lanjut menebak objek lainnya, bisa-bisa saya bablas melek sampai pagi dan ada kemungkinan juga saya menambah kontak di HP dengan nomor-nomor penting lainnya. Jadi, akhirnya saya memilih untuk tidur saja.
Intinya, nomor cantik memanglah benar cantik. Seperti kata pepatah populer “beauty is pain”, nomor cantik selain enak diucap, ditulis, dan dihafal, di sisi lain sangat mudah ditebak dan rentan untuk dijadikan sasaran empuk tindakan kriminal. Lagi pula, meskipun kita ganti nomor telepon ke nomor cantik, yang ngehubungin juga paling itu-itu saja. Kalau bukan tawaran kartu kredit ya penipu yang menyebalkan.